Perbedaan Qorin (jin pendamping manusia) Dan Jin Biasa

Loading...
Mata Tasbih - Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjelaskan bahwasanya setiap diri manusia pasti memiliki Qorin dari golongan jin.

Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.” Para shahabat bertanya: “Termasuk Anda, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:

وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ اللَّه أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلا يَأْمُرنِي إِلاَّ بِخَيْرٍ

“Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karena itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” (Hadits Riwayat Muslim).

Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما منكم من أحد إلاوقد وكل به قرينه من الجن

“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin”. (Hadits Riwayat Muslim).

Imam An-Nawawi mengatakan: “Dalam hadis ini terdapat peringatan keras terhadap godaan jin qorin dan bisikannya. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- memberi tahu bahwa dia bersama kita, agar kita selalu waspada sebisa mungkin”. (Syarh Shahih Muslim, 17:158).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajid menjelaskan:

“Berdasarkan perenungan terhadap berbagai dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat disimpulkan bahwa tidak ada tugas bagi jin qorin selain menyesatkan, mengganggu, dan membisikkan was-was (bisikan syaitan). Godaan jin qorin ini akan semakin melemah, sebanding dengan kekuatan iman pada disi seseorang.” (Fatawa Islam, tanya jawab, no. 149459).

Saya (Admin) yang dhoif ini alhamdulillah diberi ilham dari Rabbku untuk menjelaskan karateristik Jin Qarin dan Jin Biasa. Berikut ini penjelasannya:

    Kareteristik Jin Qarin:
      – Tidak diberi kemampuan dari Allah Ta’ala untuk menyakiti tubuh manusia.
      – Tidak diberi kemampuan dari Allah Ta’ala untuk membuat manusia kesurupan.
      – Jin Qorin tidak dapat dimusnahkan/dibunuh dengan bacaan Ruqyah sebab sudah menjadi ketentuan Allah akan mendampingi tiap manusia sampai dia meninggal dunia.
      – Bisikannya dapat dinetralisir dengan dzikir dan doa (jika Qarinnya kafir) namun tidak dapat dihilangkan 100%.
      – Seluruh Qorin membisikkan kejahatan kecuali Qorin pada para nabi termasuk Qorin Rasulullah hanya bisa membisikkan kebaikan.
      – Bisikan Qorin berupa dorongan/gerak hati untuk melakukan suatu dosa. Contohnya ada niat dalam hati untuk berzinah dengan pacar, waspadai ini bisikan qorin.
      – Bisikan Qorin juga bisa menyamar menjadi bisikan hati. Contoh: seorang berbicara dalam hatinya: “udah haus nih kayaknya batalin aja puasa hari ini udah ga tahan lagi” padahal dia sedang berpuasa, waspadai ini bisikan qarin.
      – Bahkan setiap Ulama’, ustadz, para peruqyah atau masyarakat awam tetap memiliki qarin yang membisikkan kejahatan. Yang jika Ulama’, ustadz, peruqyah atau masyarakat awam banyak berdzikir maka semua bisikan/gerak hati dari perbuatan qorin dapat dinetralisir (tidak tergoda).
      – Bisikan Qorin sangat samar dan tidak dapat diajak dialog.
      – Bisikan Qorin membuat was-was (godaan bisikan syaitan) bagi manusia.
      – Bisikan Qorin tidak memiliki kemampuan untuk menghina Allah dan Rasul-Nya.
      – Qorin memiliki kemampuan untuk membuat angan-angan kosong pada manusia.

    Karateristik Jin Bukan Qorin (Jin Biasa):
      – Memiliki kemampuan untuk menyakiti tubuh manusia.
      – Memiliki kemampuan untuk membuat manusia kesurupan.
      – Dapat diusir, dimusnahkan atau dibunuh dengan bacaan Ruqyah.
      – Bisikan Jin bukan Qorin (jin biasa) sangat jelas di telinga dan bisa diajak dialog.
      – Bisikan Jin bukan Qorin bisa dihilangkan 100% dengan dzikir dan doa.
      – Bisikan Jin bukan Qorin membisikkan kejahatan pada seluruh manusia namun tidak diberi Kemampuan oleh Allah untuk membisikkan kejahatan pada para Nabi. (Jika ada jin bukan qorin mendekati sang nabi, niscaya dia bisa ditangkap oleh para nabi bahkan dicekik sebagaimana jin (jin biasa / jin yang bukan qorin) yang mendekati Rasulullah SAW ketika sholat ditangkap dan dicekik oleh Rasulullah SAW).
      – Bisikan Jin biasa berupa dorongan/gerak hati untuk melakukan suatu dosa. Contohnya ada niat dalam hati untuk berzinah dengan pacar, waspadai ini bisikan qarin.
      – Bisikan jin biasa juga bisa menyamar menjadi bisikan hati. Contoh: Seorang berbicara dalam hatinya: “udah haus nih kayaknya batalin aja puasa hari ini udah ga tahan lagi” padahal dia sedang berpuasa, waspadai ini bisikan qarin.
      – Tidak setiap orang dapat diperdaya jin biasa, jika ada seseorang membaca do’a perlindungan maka jin biasa (bukan qorin) benar-benar tidak dapat mendekati dan mempengaruhi manusia.
      – Bisikan jin biasa memiliki kemampuan untuk menghina Allah dan Rasul-Nya.
      – Jin biasa juga memiliki kemampuan untuk membuat angan-angan kosong dan was-was pada manusia.

Dan ditambahkan satu lagi mengenai perbedaan yang paling utama antara jin Biasa dengan jin Qorin.

Yaitu bahwa jin Biasa hidupnya di ‘alam jin, ‘alam ghaib, adalah suatu ‘alam yang terpisah dengan ‘alam manusia, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّهُۥ يَرَٮٰكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ

“Sesungguhnya ia (Iblis) dan pengikut-pengikutnya (para jin) melihat kamu (manusia) dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”. (QS Al-‘Araf: 27).

Sedangkan jin Qorin hidupnya di ‘alam manusia, ‘alam manusia adalah ‘alam tempat hidupnya jin Qorin, sebab jin Qorin menyatu dengan gerak langkah manusia. Jin Qorin adalah jin yang tugasnya mendampingi manusia dari pada saat manusia lahir sampai manusia meninggal. Wujud Jin Qorin amat sama dengan wujud manusia yang menjadi tuannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما منكم من أحد إلاوقد وكل به قرينه من الجن

“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin”. (Hadits Riwayat Muslim).

Nah karena jin Qorin secara nonstop mendampingi manusia yang jadi tuannya secara terus-menerus, maka berarti Jin Qorin hidupnya tidak di ‘alam ghoib (‘alam jin), tetapi hidup di ‘alam manusia untuk mendampingi kita.

Akhirul kalam, ada dua jenis jin, Jin Biasa dengan Jin Qorin. Cuman bedanya kalau Jin Biasa hidupnya di ‘alam jin (‘alam ghaib) sedangkan Jin Qorin hidupnya di ‘alam manusia yang memang dia adalah pendamping setia manusia selama hidup di dunya.

Wallahu a’lam bi showwab

Pertanyaan dan Jawaban


Pertanyaan: ass. maaf mau nanya pak usatadz. ada orang yang bisa melihat ghoib, ketika melihat seseorang dan orang itu di dampingi oleh eyang/uyutnya, atau didampingi lebih dari satu qorin, atau ada juga yang didampingi oleh binatang seperti harimau/monyet dll. mohon penjelasannya pak ustadz ? terimakasih sebelumnya

Jawaban: Jangan percaya, itu bohong. Orang yang mati itu ruhnya di ‘alam barzakh dan tidak mungkin bergentayangan. Qorin itu adalah jin yang menyesatkan dan selalu menggoda manusia, bukan ruh manusia.

Jika memang ada orang kesurupan, reinkarnasi, dan hal-hal ghaib lainnya, itu bukan ruh orang mati yang merasuk ke dalam jasad orang hidup, tapi itu hanyalah jin yang berpura-pura menyamar sebagai ruh orang mati.

Silahkan anda cek sendiri saja dalil-dalilnya di blog ini dengan cara mencari di pencarian: Perbedaan ruh dan Nafs. atau klik disini

Semoga bermanfa’at, dan jangan lupa untuk share kepada kawan-kawan anda yang masih percaya dengan hal-hal khurofat, mitos, dan tahayul yang bertentangan dengan ajaran Islam yang haq!

Pertanyaan: Assalamu’alaikum...apakah jin Qorin ikut meninggal ketika tuannya telah meninggal? di televisi banyak tayangan tentang fenomena gaib yang bisa dilihat oleh seseorang. benarkah manusia bisa melihat jin?

Jawaban: DAPATKAH MANUSIA MELIHAT JIN?

Allah SWT berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Al-A’raf: 27).

Ayat ini dipahami oleh sekian banyak ulama sebagai dalil ketidakmungkinannya manusia melihat jin. Imam Syafii menegaskan, bahwa berdasrkan ayat di atas, manusia tidak mungkin melihat jin. “Siapa yang mengaku dapat melihat jin, maka kami tolak kesaksiannya, kecuali nabi.” (Maksud ucapan ini adalah yang mengaku melihat jin dalam bentuk yang aslinya. Adapun yang mengaku melihat jin setelah berubah bentuk dengan aneka bentuk makhluk, maka kesaksiannya dapat diterima).

Sebagian yang lain mengakui bahwa jin dapat dilihat oleh manusia jika jin berubah dengan bentuk makhluk yang dapat dilihat oleh manusia. Pendapat ini didukung oleh riwayat-riwayat yang menginformasikan bahwa para sahabat Nabi saw., tabi’in, dan banyak ulama pernah melihat makhluk-makhluk halus, tetapi dalam bentuk manusia atau binatang.

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab sahihnya bahwa sahabat-sahabat Nabi saw. pernah melihat Malaikat Jibril ketika ia datang dalam bentuk manusia. Umar bin Khattab menuturkan bahwa suatu ketika datang seorang yang tidak dikenal, berpakaian sangat putih, rambut teratur rapi, tidak nampak dari penampilannya tanda-tanda bahwa ia datang dari perjalanan jauh. Orang itu bertanya kepada Nabi saw. tentang Islam, iman, dan ihsan. Setiap Nabi saw. menjawab, dia membenarkannya. Dia juga bertanya tentang kiamat dan tanda-tandanya. Umar r.a. dan juga sahabat-sahabat Nabi saw. yang mendengarnya terheran-heran. Bagaimana seorang yang berpenampilan rapi, berpakaian bersih, yang berarti bahwa yang bersngkutan tidak datang dari tempat jauh atau dengan kata lain ia adalah penduduk setempat tetapi tidak mereka kenal? Mereka juga terheran-heran mengapa setiap pertanyaannya yang dijawab oleh Nabi saw., selalu yang bertanya itu sendiri yang membenarkannya. Ketika percakapan Nabi saw. dan pendatang itu selesai, Nabi saw. bertanya kepada para sahabatnya, ”Tahukah kalian, siapa yang datang tadi?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Nabi saw. menjelaskan, ”Itulah Jibril datang mengajar kalian agama kalian.” Mendengar penjelasan Nabi saw. itu, Umar r.a. bergegas keluar hendak melihatnya, tetapi ia telah menghilang.

Nah, jika demikian, malaikat dapat dilihat, tetapi bukan dalam bentuk aslinya. Ia dapat dilihat apabila mengambil bentuk yang memungkinkan untuk dilihat manusia.

Demikian halnya dengan jin, ia dapat dilihat bukan dalam bentuk aslinya, tetapi bila ia mengambil bentuk yang sesuai dengan potensi penglihatan manusia. Riwayat-riwayat tentang hal ini sangat banyak. Bahkan, tidak hanya ulama, orang-orang biasa yang tidak ahli agama pun banyak yang mengalami melihat jin dalam bentuk makhluk (manusia atau lainnya). Dan, di antara mereka ada yang sengaja dengan sunguh-sungguh ingin melihat jin, mereka mengamalkan amalan dari orang-orang yang dianggap ahli dalam hal itu, dan mereka ada yang berhasil mendapatinya bahwa jin dapat dilihat dalam bentuk makhluk.

Selain itu, ada beberapa hadis Nabi saw. yang menginformasikan bahwa ada binatang yang dapat melihat jin. Dalam sahih Bukhari dan Muslim, sahabat Nabi Abu Hurairah menyampaikan bahwa Nabi saw. bersabda, ”Kalau kalian mendengar suara ayam jantan berkokok, maka mohonlah kepada Allah anugerah-Nya, karena ketika itu dia melihat malaikat, dan jika kalian mendengar teriakan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan, karena ketika itu dia melihat setan.”

Jadi jelaslah sudah jikalau ada tetangga atau teman yang melihat JIN atau syaitan maka hal tersebut adalah BOHONG. Kecuali jika memang jin atau syaitan bisa menyamar sebagai manusia, hewan atau benda mati yang dapat dilihat oleh manusia.


Ceuk Sunda mah, jurig mah bisa mancala putra mancala putri.

SEMOGA BERMANFAAT


Pertanyaan: Saya mau tanya bagaimanakah cara melihat mahluk halus/jin? Terimakasih

Jawaban: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Pada asalnya, jin tidak bisa dilihat oleh manusia, karena itulah mereka disebut jin [arab: الجن] dari kata: janna – yajunnu [arab: جَنَّ – يَجُنُّ], yang artinya menutupi. Ibnul Faris dalam kamusnya mengatakan,

فالجن سموا بذلك لأنهم مستترون عن الإنس

Jin dinamakan jin, karena mereka tidak terlihat oleh manusia. (Maqayis al-Lughah, madah; janna)

Keterangan bahwa manusia tidak bisa melihat jin, bahkan Allah tegaskan dalam al-Quran,

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ …

“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka.” (Qs. Al-A’raf:27)

Keterangan, “Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka” menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melihat jin, yaitu pada bentuk mereka yang asli.

Bagaimana caranya bisa melihat jin?

Lalu, bagaimana caranya bisa melihat jin?

Kita telah mendapatkan kesimpulan bahwa pada kondisi normal, manusia tidak bisa melihat jin dalam bentuk mereka yang asli. Pertanyaannya adalah, mungkinkah manusia melihat jin?

Ada beberapa catatan untuk menjawab ini,

Pertama, mungkin saja jin menampakkan diri kepada manusia, namun bukan dalam bentuk asli. Bisa dalam bentuk manusia, atau binatang, atau yang lainnya.

Kenyataan ini dialami oleh beberapa manusia, diantaranya sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.

Suatu ketika beliau menangkap jin yang mencuri kurma di kebunnya. Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami (manusia) dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan beliau menjawab:

صَدَقَ الْخَبِيثُ

“Si buruk itu berkata benar”. (HR. Hakim 2064, Ibnu Hibban 784, Syuaib al-Arnauth mengatakan: Sanadnya kuat).

Kejadian yang semisal juga dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau radhiyallahu ‘anhu ditugasi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga makanan zakat, malam harinya ada anak remaja mencuri makanan. Ketika ditangkap dan hendak dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berusaha memelas dan berjanji tidak akan kembali. Tapi dia dusta, dia tetap kembali, hingga terjadi selama 3 malam. Di malam ketiga, Abu Hurairah tidak memberi ampun dan akan dilaporkan kepada Rasulullah. Namun remaja itu terus memelas dan sebagai gantinya, Abu Hurairah diajari bacaan pengaman tidur, yaitu ayat kursi. Setelah diajari ayat kursi, Abu Hurairah melepaskannya. Pagi harinya, kejadian ini beliau sampaikan kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda,

أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ

”Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta.” (HR. Bukhari 2311).

Ternyata remaja ini adalah jin.

Ketika menjelaskan hadis Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,

أن الشيطان من شأنه أن يكذب، وأنه قد يتصور ببعض الصور فتمكن رؤيته ، وأن قوله تعالى (إنه يراكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم) مخصوص بما إذا كان على صورته التي خلق عليها

“Setan memiliki kebiasaan berdusta, dan terkadang dia menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan untuk dilihat manusia. Sementara ayat, ‘Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus untuk keadaan ketika dia menampakkan dalam bentuknya yang asli, sesuai yang Allah ciptakan.” (Fathul Bari, 4/489).

Kalimat: ’Jin menampakkan diri kepada manusia’ menunjukkan bahwa itu terjadi murni karena kehendak jin, dan di luar kehendak manusia. Artinya, jin menampakkan diri seperti yang dialami Abu Hurairah atau Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhuma, bukan karena keinginan mereka untuk bisa melihat jin, tapi karena keinginan mereka sendiri.

Kedua, jika tidak ada jin yang menampakkan diri kepada kita, mungkinkah kita bisa melihat jin?

Mungkin saja, jika si manusia mengajukan permintaan kepada jin. Dia datang ke tempat yang umumnya banyak jin, kemudian meminta kepada jin untuk menampakkan diri kepadanya. Jika jin mengabulkan keinginannya, dia bisa melihat dan jika tidak, berarti jin tidak bersedia.

Namun ingat, keterangan ini bukan memotivasi anda untuk pengajukan permintaan ke jin agar bisa dilihat. Sama sekali bukan untuk motivasi itu. Bahkan kami mengingatkan agar semacam ini dijauhi, karena:

1. Jin memiliki karakter pendusta, sebagaimana yang ditegaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis Abu Hurairah di atas,

أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ

”Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta.”

Bisa kita bayangkan, makhluk pendusta, sementara kita tidak bisa melihatnya. Maka peluang dia untuk membohongi kita sangat besar. Bisa jadi dia minta syarat kepada kita berbagai persyaratan, dan setelah dipenuhi, dia membohongi kita.

2. Umumnya jin ketika diminta manusia, akan mengajukan berbagai syarat. Yang lebih parah, biasanya syarat yang diajukan melanggar syariat islam. Ketika manusia memenuhi persyaratan itu, dia mencari ridha kepada jin dengan bermaksiat kepada Allah. Sehingga manusia melakukan pengabdian dan penghambaan kepada jin, kemudian jin membantunya untuk mewujudkan keinginan manusia. Jadilah jin bertambah sombong dan manusia bertambah hina dan bergelimang dosa karena melakukan berbagai kesyirikan atas permintaan si jin. Inilah yang diakui oleh jin, sebagaimana yang Allah ceritakan di surat Al-Jin:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً

Bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jin: 6).

Dan ketika di hari kiamat, mereka dikumpulkan dan saling menyalahkan. Allah memasukkan mereka semua ke dalam neraka, karena melakukan kerja sama yang diawali dengan kesyirikan,

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ

Ingatlah hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, Sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya sebahagian daripada Kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan Kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka Itulah tempat tinggal kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. (QS. A-An’am: 128).

3. Kegiatan semacam ini sama sekali tidak ada manfaatnya. Anda bisa renungkan, apa manfaat bisa melihat jin? Apakah semakin menambah ketaqwaan kita kepada Allah? Dari sisi mana bisa menambah ketaqwaan, sementara jin juga makhluk seperti manusia? Dan jin yang kita lihat, tidak kita ketahui kesalehannya. Bisa jadi dia jin urakan, jin nakal, kemudian berpura-pura soleh di hadapan manusia.

Untuk itulah, para ulama melarang meriwayatkan hadis dari jin. Karena kita tidak bisa menilai kejujurannya dan keabsahan beritanya. As-Suyuthi mengatakan,

وأما رواية الإنس عنهم، فالظاهر: منعها، لعدم حصول الثقة بعدالتهم

”Adapun manusia meriwayatkan berita dari jin, yang zahir: dilarang, karena tidak bisa dibuktikan kejujurannya dan tingkat keadilan mereka.” (al-Asybah wa an-Nadzair, 1/435)

4. Pada beberapa kasus, orang yang menjalin hubungan dengan jin, menjadi rawan kerasukan. Karena kedekatan semacam ini, dipastikan berdampak pada kecenderungan salah satu pihak, jin menjadi seneng dengan si manusia, atau sebaliknya. Tentu saja ini akan sangat mengganggu aktivitas kehidupan si manusia.
Amalan Untuk Melihat Jin

Kami tidak menjumpai adanya amalan maupun doa khusus agar dapat melihat jin. Sementara beberapa amalan maupun doa yang tersebar di internet, semua itu tidak ada dasarnya dan hanya omong kosong. Bahkan sebagiannya berbau kesyirikan, seperti menyembelih ayam cemani dipersembahkan untuk jin tersebut.

Hidup normal seperti yang Allah gariskan adalah kenikmatan yang luar biasa. Berusaha mencari-cari jin, disamping tidak bermanfaat, justru menambah beban bagi kita. Ingat hidup tidak ada yang gratis, apalagi ketika berhadapan dengan karakter penipu. Mustahil si jin ini mau membantu secara cuma-cuma. Pasti ada batu dibalik udang. Jin ini mau membantu, karena manusia mau mengabdi kepada jin. Sehingga siapa yang sejatinya diuntungkan?

Jawabannya si jin. Dia yang lebih berkuasa, sementara manusia selalu bergantung kepada jin.

Allahu a’lam.

Pertanyaan: Bagaimana dengan jin Qorin yang masuk islam alias jin islam? Ayat-ayat al Quran memang saling bertentangan dan amburadul, anda pasti kesulitan dengan.jin islam

Jawaban: Jin Biasa itu seperti halnya manusia yakni sama-sama ada yang beriman dan juga kafir. Jin yang beriman adalah jin Islam, sedangkan jin yang kafir adalah jin kafir.

Sedangkan Qorin adalah termasuk makhluk jin juga, tapi kehidupannya menempel dengan manusia yang menjadi tuannya. Seperti yang difirmankan dalam Al-Qur’an: “Min syaril was wasil khonas. aladziyu was wisufis sudurinas” (Dari kejahatan bisikan syatian yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia). Nah itu Jin Qorin.

Apakah Jin Qorin menyertai manusia setelah manusia meninggal dunia?

Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah ditanya: “Apakah qorin ini akan terus menyertai manusia, sampai menemaninya di kuburan?

Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Tidak. Dzahir hadis -Allahu a’lam- menunjukkan bahwa dengan berakhirnya usia manusia, maka jin qorin ini akan meninggalkannya. Karena tugas yang dia emban telah berakhir. Ketika manusia mati maka akan terputus semua amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya”. (HR. Muslim (1631)). (Majmu’ Fatawa, 17:427).

Sumber: (Majmu’ Fatawa karya Syeikh Ibnu Sholeh al-Utsaimin dan Taisir Karimir Rahman Karya Syeikh as-Sa’di).

Lantas kemanakah perginya Jin Qorin setelah manusia meninggal dunia?

Tahukah anta tentang adanya reinkarnasi? Jika ini benar, bisa jadi Jin Qorin ini bereinkarnasi kepada jasad orang hidup. Atau bisa jadi Jin Qorin ini bergentayangan menjadi hantu, atau bisa jadi juga jin qorin ini bergabung dan menetap dengan gerombolan jin-jin di ‘alam ghoib (‘alam jin). Dan tentang hal ini Wallahu a’lam, hanya Allah yang tahu tentang perkara ghoib.

Jin Qarin akan berpisah dengan “Manusia” hanya apabila manusia meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam Barzakh, sedangkan Qarin terus hidup karena lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimana pun, apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan kepada Allah Swt untuk di adili.

Tetapi Qarin akan lepas tangan dan tidak bertanggung-jawab atas kesesatan atau kedurhakaan manusia.

Masalah tentang fenomena gaib/ manusia bisa melihat jin, ALLAH SWT berfirman :

إِنَّهُۥ يَرَٮٰكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ

“Sesungguhnya ia (Iblis) dan pengikut-pengikutnya (para jin) melihat kamu (manusia) dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”. (QS Al-’Araf: 27).

Jika ada diantara manusia bisa melihat arwah/sosok seorang ibu/bapaknya bahkan sahabat keluarga yang telah meninggal dunia, melainkan itu adalah sosok jin yang menyerupai’nya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما منكم من أحد إلاوقد وكل به قرينه من الجن

“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin”. (Hadits Riwayat Muslim).

Wallahua’lam bishowwab

Pertanyaan: Assalamualaikum... Mengenai tempat si jin Qarin apakah keberadaannya selalu di samping manusia atau berada dalam diri manusia itu sendiri ustaz?

Jawaban: Boleh jadi disini tempat Qarin..

Di antara kemampuan jin atau setan yang lainnya adalah ia dapat menyusup melalui aliran darah.

Dalil yang menyatakan bahwa setan itu mengalir di saluran darah manusia adalah kisah Shofiyah berikut.

عَنْ صَفِيَّةَ ابْنَةِ حُيَىٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مُعْتَكِفًا ، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى . وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَسْرَعَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »

Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Tapi enggak usah khawatir karena, Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ, إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 16-18).
Loading...
close
Loading...