Kisah Nyata! Wanita Rentenir Pemilik Jimat Kain Kafan yang Berakhir Mengejutkan

Loading...

“Ibu, sudah cukup aku malu dengan bisik para tetangga,kita ini muslim. Apa artinya ibu pergi haji ketanah suci jika ibu masih jadi lintah darat seperti ini?” pintaku pada ibu yang lagi menghitung uangnya.

“Diam kamu, sudah kamu tidak usah mencampuri urusan ibu, yang penting kamu bisa kuliah dengan adik adikmu,ayahmu juga sudah lumpuh dan seperti mayat hidup, apa bisa dia beri kita kehidupan?”bentak ibuku di pagi buta.

“Ya Allah, beri hidayah pada ibuku, bukakanlah pintu taubat ibuku”hanya ini ratapan hatiku yang terus aku lakukan.
Huuuf panas banget hari ini, suasana kampus bener bener membosankan, sudah pelajaran yang sempat memeras otak belum lagi dosennya yang super killer,benar benar suasana yang membuatku merasa jenuh, bisik hatiku.

Kulangkahkan dengan gontai kakiku menuju kerumah, dengan harapan makan dengan lauk yang sudah tersedia dirumah, namun hufff lagi lagi, suara memecah disiang bolong, apalagi kalau bukan ibuku bertengkar dan berkacak pinggang dengan orang orang yang tidak bisa kembalikan uang yang dipinjam plus bunga yang aku rasa mencekik leher, suasana ini gak pernah asing dirumahku,maka itu aku gak pernah betah tinggal dirumah, namun hanya satu yang masih berat aku tinggalkan dirumah ini, Ayahku dan adikku, semua keperluan mereka aku yang penuhi dan persiapkan.

Aku sendiri merasa heran kenapa pembantu dirumah kami gak pernah ada yang betah sampai 3bulan, keluar masuk gitulah, aku sih gak heran, karena ibuku yang kejam dan super ceriwis, seenaknya memerintah dan membentak pembantu .

“Ayah, minum obat dulu”,kataku pada ayah yang lagi termenung.

Aku tak pernah lupa menyempatkan diri selalu kekamar ayah, kamar yang diasingkan oleh ibu, bahkan sepertinya ibuku sudah menganggap ayah kami sudah meninggal.

Ayahku lumpuh total, bicarapun sudah tak bisa. Yang terlihat hanya keriput tua dan lelehan airmata nya seolah isyarat dia ingin segera diambil nyawanya, untuk memperingan tugasku yang selalu merawat keperluan ayah.

namun aku sebagai anak itu sudah kewajibanku. Acch ku tengok jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, entah kenapa perasaan ini tidak enak, haus menyerang ditenggorokan, kubangunkan tubuhku dengan langkah berat menuju dapur, namun langkahku terhenti mendadak karena aku lihat ada sekelebatan orang menuju kamar ibu.

“Siapa ya?”bisikkku
“Apa ibu memasukkan lelaki dirumah kami”? Dugaan negatif terus berkecamuk dibenakku.

Dengan langkah pelan aku dekati kamar ibu, aku merasa ada suara erangan dengan bisik bisk nakal.

“Astagfirrullah, aku dengar seperti seseorang sedang bercinta, apakah ibuku sedang berzina?bisikku
Aku buka pintu itu yang ternyata tidak terkunci, aku teriak sekencang kencangnya.
“Ibuuuuu, apa yang ibu lakukan dirumah ini?sungguh aku jijik melihat tingkah pola ibu, teriakku padanya. Namun apa yang kudapat.
“Anak tidak tau sopan santun , main masuk aja kekamar orang tua,” plak plak, tamparan keras mendarat di pipiku.

Aku lari menuju kamarku, aku nangis aku malu dengan kelakuan bejat ibuku, rupanya tanpa sepengetahuanku ibu sering membawa laki laki masuk kekamarnya, akhirnya bisik tetanggapun makin membuat telinga gatal.

“Itu ternyata Bu Lastri selain seorang rentenir juga seorang pezinah, bahkan katanya juga sih pemuja syetan, banyak para pemuda yang dikencani namun besoknya sang pemuda jadi seperti orang tua, layu dan sayu”bisik bisk tetanggaku.

Aku berjalan dengan langkah cepat, aku malu para tetangga seolah ikut juga memusuhi aku,padahal aku tidak pernah tau apapun semua ini, aku lihat rumah dalam keadaan lenggang, sepi, dikesempatan ini aku beranikan memasuki kamar dimana yang selalu dikunci oleh ibu, aku tidak kehabisan akal, aku buka paksa dengan berbagai cara, gimana aku harus tau apa yang ada dikamar itu, dimana ibuku selalu menghabiskan waktu berlama lama dikamar itu.

Ahh, akhirnya usahaku tidak sia sia, aku lihat kamar itu semuanya serba hitam, mulai seprei warna tembok, dan ada cermin yang kelihatan sudah tua, serta bau dupa dan aroma mistik langsung menyergapku, tanpa sengaja mataku tertuju pada lemari di pojok kamar, dengan sedikit perasaan was was aku buka.
Masya allah rupanya uang dengan bertumpuk tumpuk aku lihat disana serta lempengan emas dan berlian, begitu banyakkah harta ibuku??bisikku seolah tak percaya.

Aku masih terus menyusuri kamar ini, dan kini perhatianku tertuju pada sebuah meja kecil bersusun disana ada toples kecil yang ternyata isinya seperti bulu, dan rambut, namun aku tak tau apa maksudnya itu.dan didalam kamar itu aku terus berkumandang asma asma Allah dan ayat kursyi aku baca, karena aku merasakan ada sesuatu yang sepertinya terus mengawasiku, dan aku temukan juga kain putih yang kumal tersimpan dalam kotak tua, apa ini??aku amati, hufff baunya busuk banget, namun aku bawa keluar dengan harapan mau aku cuci, mungkin ini kumal hingga perlu aku bersihkan, mengingat ibuku gak sempat kali untuk mencuci.

Aku keluar dari kamar itu dan aku bawa kain putih itu, aku rendam di bak denga harapan mudah untuk membersihkannya, Kring kring kring, telp rumah berbunyi, mengagetkan aku, langsung aku sambar gagang telp.

“Halo selamat siang?tanya si penelpon
“Iya, siang juga”
“Apa benar ini rumah ibu Lastri?”
“iya benar, saya anaknya”
“Kami dari kepolisian , mengabarkan ibu anda kecelakaan dan meninggal dunia, segera datang kerumah sakit , kami tunggu”
“Masya allah, aku nangis histeris, ibuuuuu”ratapku sendirian.

Kupacu secepatnya mobil agar segera sampai, dan aku lihat ada polisi sudah menungguku, diantarnya aku kekamar mayat untuk memastikan, apakah ini benar ibuku?

Ya Allah, ternyata benar dia ibuku, kondisinya hancur kepala remuk,mobil ibu bertabrakan dengan truk yang sama sama melacu kencang dari arah berlawanan, aku kuatkan diri ini, adikkupun terus menangis, bahkan aku lihat ayah juga meneteskan airmatanya.

Acara prosesi pemakamanpun akan segera berlangsung, namun ada janggalan waktu jenazah ibu dimandikan, Maaf dari lubang kemaluan ibu sepertinya terus menerus mengeluarkan cairan putih, kami bersihkan berulang ulang,namun masih saja keluar lagi, dan ada seorang ustadah yang memberitahukan sudahlah mungkin ini sudah kehendak Allah, setelah aku amati, sepertinya cairan putih itu seperti sperma.

Aku terus mengikuti prosesi setelah dimandikan, aku ikuti juga waktu dikafani, MasyaAllah, ada lagi kejadian yang membuatku heran muka ibu dan tubuhnya juga mengeluarkan cairan putih itu, bahkan kain kafan yang mau terbungkus dimana masih baru, tapi dipenciuman orang seperti bau bangkai, aku sendiri juga menciumnya, akhirnya kami beli lagi hingga kain kafan yang keempat pun tak jauh beda, setelah menempel ketubuh ibu, bau kain kafan itu langsung berubah busuk.aku terus menaangis, antara meminta pengampunan pada Allah atas kelakuan ibuku dan aku juga malu pada tetangga yang ikut merawat jenazah ibuku.

Akhirnya jenazahpun dikebumikan, dan seorang ustadah mengikuti aku sampai rumah, disanalah aku juga menceritakan semua kejadian yang aku alami dan kamar yang aku temukan.

“Mana kain yang kamu cuci itu?” tanya ustadah tersebut
“Ada bu,sebentar saya ambilka,”
‘Ini bu,kainnya”aku berikan kain itu yang sudah aku setrika rapi
“hhmm, Masyaallah nak, ini bukan kain biasa, tapi ini jimat kain kafan yang entah dimana diperoleh ibumu dan pada siapa ibumu pernah berguru,baiklah saya akan ceritakn sedikit yang pernah saya tau, kain kafan ini bisa mendatangkan kekayaan dengan cara memuja pada syetan dan dapat melancarkan segala usaha, namun kain kafan ini akan hilang khasiatnya jika ditemukan orang dan dicuci, dan disitulah awal petaka bagi pemujanya,”ini cerita bu ustadah.

Ya allah, ampuni ibuku, waktu beranjak siang, bu ustadah berpamitan dan memberiku wejangan agar aku kuat dan pertebal imanku, nanti malam katanya dia akan datang lagi bersama kyai yang akan membantuku, karena aroma mistik masih menyelimuti rumah kami.

Aku beranikan memasuki kamar itu lagi, aku buka lemari yang berisi uang bertumpuk tumpuk itu, dan sedikitpun aku enggan untuk mengambilnya, aku buka ada laci kecil dan aku temukan sebuah buku tua, sepertinya buku ajaran sesat yang ditulis mungkin oleh guru ibuku.

Aku bawa buku itu dan aku baca tertulis disana

“dengan kamu bersetubuh tiap hari senin dan kamis maka kamu akan awet muda serta hartapun akan terus bertambah serta nilai kewibawaanmupun akan bertambah, takkan ada orang yang berani melawanmu dan menentangmu, itulah aura kain kafan itu, maka itu saat kamu bersetubuh, mintalah pada lawan mainmu untuk membuang spermanya dikit ketubuhmu dan kamu ambil sedikit kamu usap kemuka dan yang masih menempel ditubuhmu usapkan dengan kain kafan yang telah kamu peroleh dariku, disanalah dari seperma meraka kamu telah menghisap auranya lewat kain kafan itu, maka lawan mainmu akan tampak layu karena auranya telah kau ambil”

Ya Allah, sedemikian jijiknya aku membaca buku itu, ternyata ini yang dilakukan ibuku selama ini.malam sudah menyapa bacaan tahlil bergema dirumahku, setelah acara tahlil usai aku memberanikan diri berbicara pada para tetangga yang hadir di acara tahlilan,Aku minta maaf atas nama ibuku, dan membebaskan hutang serta melunaskan hutang jika ada yang masih punya tanggungan hutang ke ibuku, nampak ucapan dari mereka Alhamdulillah, terima kasih nak.

Satu persatu tetangga berpamitan pulang, kini tinggal aku dan kyai serta bu ustadah, aku tunjukkan buku yang aku temukan tadi dan kain kafan itu aku berikan ke pak kyai,

“Astagfirullah hal adzim, begitu laknat syetan menjerumuskan umat manusia yang tipis imannya, padahal ibumu sudah berhaji, rupanya hanya buat kedok belaka, saya masih mencium aroma panas dan mistik dirumah ini, baiklah akan saya mulai membacakan doa dan menyempurnkan ibumu” kata pak kyai.

Suasana bener bener mencekam, entah aku diliputi perasaan yang teramat takut, namun ketakutanku itu tercium oleh bu ustadah beliau menggenggam tanganku, baca ayat ayat semampumu, kita punya Allah yang akan melindungi kita. Kita berkumpul diruang tengah dimana aku lihat pak Kyai duduk di tengah dan aku serta bu ustadah serta ayahku dimana dengan kursi roda dan adikku semata wayang juga aku rangkul dia teramat takut, maklum adekku masih SD, namun pak Kyai tau beliau menyirep adekku agar tertidur, kami semua berkumpul dan dilingkari oleh asma pak Kyai dimana, jika ada suara suara dan bunyi apapun diminta jangan sampai keluar dari batas yang sudah ditentukan pak Kyai.

“Bismillah, ayo semuanya baca doa juga”pinta Kyai.

Aku terus membaca ayat kursyi sambil sambil bersila serta ayah juga semua khusyuk dan aku lihat adikku tertidur pulas disebelahku, tiba tiba suasana mencekam dari kamar ibuku tiba tiba terbuka duorrrrr, aku terkejut, masyaallah aku takut, aku lihat pocong ibuku keluar dari kamar tersebut dengan kondisi yang terkoyak amburadul, aku seolah menangkap bisiknya.

“Nak, kesinilah kemarikan kain kafan itu, mana ibu butuh itu”aku semakin takut . pocong ibu terus mendekat pada kami. Pak Kyai terus berdoa dan aku dengar beliau berkata jangan digubris kata katanya dan jangan kamu lari kepadanya , dia bukan ibumu, dia iblis yang menyerupai ibumu.

Aku terus berdoa dengan perasaan takut dan menghiba aku lihat bagaimanapun dia ibuku, aku ingin memelukknya namun ada juga perasaan takut luar biasa, pocong itu terus mendekat namun sepertinya ada dinding yang tak bisa tertembus untuk mendekatiku, pocong itu terus berganti memanggil ayahku, mas, bantu aku mana kain kafan itu berikan padaku, pocong itu berusaha mendekati ayahku, namun gagal juga, mungkin inilah yang yang disebut sudah dipagari ama pak Kyai.

“ Wahai iblis yang menyerupai manusia, kembalilah kewujudmu, atau akan aku bakar kamu dengan ayat ayatNYA, rupanya pak Kyai terus membaca doa doa, dan Masyaallah pocong ibu berubah menjadi api yang melingkar dan melayang namun seolah berkata, meminta kain kafan itu, dan Pak Kyai dengan cepat membakar kain kafan yang tadi aku berikan dengan buku nya, serta aku dengan juga pak Kyai membaca doa serta ayat kursyi yang terus bergema dari mulutkum, dan bu ustadah, Alhamdulilah tiba tiba lingkaran api itu seolah melengking teriak dan berubah asap yang terus hilang entah kemana, serta bau angus menyeruak diruangan itu, ya kain kafan dan buku itu telah jadi abu karena di bakar pak Kyai.

Aku dengan lirih seolah suara ibuku, untuk menjaga dan merawat adikku, dan aku juga mengajak pak ustad kekamar yang tadi sempat terdengar ledakan, rupanya tolples yang berisi rambut dan bulu itu pecah berhamburan entah siapa yang memecahkannya, aku tunjukkan pada pak kyai dimana ada uang serta harta ibuku, dan masyaallah Pak kyai sendiri heran kenapa uangnya tidak hangus, biasanya kalau orang pemuja, yang pemujanya wafat hartapun pasti ikutan ludes,aku sentuh uang itu dan harta itu, dan aku wakafkan semuanya pada panti panti asuhan dan jompo serta pada anak yatim, aku serahkan pada mereka semua serta hanya berharap doa doa dari mereka bisa menebus dosa ibuku, dan melapangkan jalannya.Sekian kisah ini kami sampaikan, semoga ada hikmah yang terpetik disini.

Loading...
close
Loading...