Mata Tasbih - Bagi ibu-ibu rumah tangga yang sehari hari tugasnya memasak biasanya mereka sering kali mencicipi masakan mereka untuk mengetahui sudah sempurnakah rasa masakannya. Hal ini sudah sangat lazim mereka lakukan ketika memasak makanan.
Bagaimanakah hukumnya orang yang sedang berpuasa kemudian dia mencicipi makanannya. Apakah puasanya dianggap batal atau hukumnya hanya makruh saja.
Jawabannya akan kita ketahui setelah kita simak pemaparan para ulama kita pada tiap tiap madzhab berikut ini :
1. Mazhab Al-Hanafiyah
Abu Al-Hasan As-Sughdi (w. 461 H) salah satu ulama mazhab Al-Hanafiyah di dalam kitabnya Al-Natfu Fi Al-Fatawa menuliskan sebagai berikut :
ما لا يفسد الصوم ذوق الطعام
Yang termasuk tidak membatalkan puasa adalah mencicipi makanan.
Badruddin Al-Aini (w. 855 H) salah satu ulama mazhab Al-Hanafiyah di dalam kitabnya Al-Binayah Syarah Al-Hidayah menuliskan sebagai berikut :
ومن ذاق شيئا بفمه لم يفطر
Siapa saja yang mencicipi makanan dengan mulutnya maka hal itu tidak membatalkan puasa.
Ulama hanafiyah telah sepakat bahwa jika orang yang sedang berpuasa mencicipi makanannya maka puasanya tidak batal.
2. Mazhab Al-Malikiyah
Malik bin Anas (w. 179 H) salah satu ulama mazhab Al-Malikiyah dalam kitab Al-Mudawwanah yang diriwayatkan oleh Sahnun menuliskan sebagai berikut :
أكان مالك يكره أن يذوق الصائم الشيء مثل العسل والملح وما أشبهه وهو صائم ولا يدخله جوفه؟ فقال: نعم لا يذوق شيئا
Apakah Imam Malik memakruhkan mencicipi makanan seperti madu dan garam bagi orang yang berpuasa dengan tidak memasukkannya pada tenggorokannya? Beliau menjawab : iya, hendaknya jangan mencicipi makanan .
Kholil bin Ishaq Al-Maliki (w. 776 H) salah satu ulama mazhab Al-Malikiyah di dalam kitab Al-Taudhih menuliskan sebagai berikut :
وأجاز أهل المذهب المضمضة للعطش مع كراهتهم للصائم ذوق الطعام
Ulama madzhab maliki membolehkan berkumur-kumur karena haus. Dan memakruhkan mencicipi makanan bagi yang sedang berpuasa.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa orang yang berpuasa jika dia mencicipi makanan maka hukumnya makruh. Puasanya tetap sah selama apa yang dia cicipi tidak masuk ke tenggorokannya.
3. Mazhab Asy-Syafi’i
An-Nawawi (w. 676 H) salah satu ulama dalam mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitabnya Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab menuliskan sebagai berikut :
يكره له مضغ الخبز وغيره من غير عذر وكذا ذوق المرق والخل وغيرهما فإن مضغ أو ذاق ولم ينزل إلى جوفه شئ منه لم يفطر
Dimakruhkan bagi orang yang berpuasa mengunyah roti atau mencicipi kuah makanan. Jika sampai mencicipi dan tidak melewati tenggorokan maka puasanya tidak batal.
Zakaria Al-Anshari (w. 926 H) yang juga ulama mazhab Asy-syafi'iyah di dalam kitabnya Asnal Mathalib Syarah Raudhu Ath-Thalib menuliskan sebagai berikut.
وأن يحترز عن ذوق الطعام خوف الوصول إلى حلقه
Hendaknya orang yang sedang berpuasa itu tidak mencicipi makanan karena dikhawatirkan akan masuk ke tenggorokannya.
Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 H) salah satu ulama mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitab Tuhfat Al-Muhtaj menuliskan sebagai berikut :
ويسن أن يحترز عن ذوق الطعام وغيره بل يكره خوفا من وصوله إلى حلقه
Disunnahkan untuk tidak mencicipi makanan. Bahkan dimakruhkan mencicipi makanan karena dikhawatirkan akan masuk ke tenggorokannya.
Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa jika seseorang yang sedang berpuasa mencicipi makanan maka hukumnya makruh dan tidak membatalkan puasa selama apa yang dia cicipi tidak melewati tenggorokan. Namun jika makanan yang dia cicipi sampai melewati tenggorokan maka puasanya dianggap batal.
4. Mazhab Al-Hanabilah
Ibnu Qudamah (w. 620 H) ulama dari kalangan mazhab Al-Hanabilah di dalam kitabnya Al-Mughni menuliskan sebagai berikut :
قال أحمد: أحب إلي أن يجتنب ذوق الطعام، فإن فعل لم يضره، ولا بأس به
Imam Ahmad berkata : saya lebih menyukai seorang yang sedang berpuasa untuk menjauhkan diri dari mencicipi makanan. Jika sampai mencicipinya maka tidak apa apa.
Al-Mardawi (w. 885 H) salah satu ulama mazhab Al-Hanabilah di dalam kitabnya Al-Inshaf fi Ma'rifati Ar-Rajih minal Khilaf menuliskan sebagai berikut :
ويكره ذوق الطعام
Dimakruhkan mencicipi makanan.
Ulama Hanabilah berpendapat bahwa sebaiknya bagi orang yang sedang berpuasa untuk tidak mencicipi makanan. Namun jika dia mencicipi makanan maka tidak apa apa. Hukumnya hanya makruh saja.
5. Mazhab Azh-Zhahiriyah
Ibnu Hazm (w. 456 H) salah satu tokoh mazhab Azh-Zhahiriyah di dalam kitab Al-Muhalla bil Atsar menuliskan sebagai berikut :
وأما السواك بالرطب، واليابس، ومضغ الطعام أو ذوقه ما لم يصل منه إلى الحلق أي شيء بتعمد -: فكلهم لا يرون الصيام بذلك منتقضا
Adapun bersiwak dan mengunyah makanan atau mencicipinya selama tidak menelannya sampai ke tenggorokan maka hal itu tidak membatalkan puasa.
Ulama Dzohiriyah berpendapat bahwa seseorang yang sedang berpuasa jika sampai mengunyah atau mencicipi makanan maka puasanya tidak batal.
Jadi intinya para ulama telah sepakat bahwa orang yang sedang berpuasa jika sampai mencicipi makanan maka puasanya tidak batal selama makanan itu tidak melewati tenggorokannya. Wallohu alam.
Salam...
Silahkan sebarkan agar semakin ada manfaatnya dan berkah...