Loading...
Berpangkat sebagai Ajun Inspektur Satu di jajaran Samapta Kepolisian Sektor Ujungpandang, Sulawesi Selatan, Mustamin yang sekarang berusia 57 tahun itu memiliki pekerjaan sampingan yang sangat jauh berbeda dari profesinya di siang hari.
Yap, sore hari ketika usai bekerja sebagai polisi sekira pukul 16.00 WITA tiba, Aiptu Mustamin langsung menuju ke lapaknya di kawasan monumen Mandala, Makassar, Sulawesi Selatan. Disanalah Mustamin membuka jasa servis sebagai seorang tukang tambal ban.
Pria kelahiran Bone, 7 Juni 1959 itu mengatakan, sudah 20 tahun menyambi sebagai tukang tambal ban. Dia mengaku pekerjaan sampingan itu dilakoni untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Mustamin, pekerjaan itu tidak mengganggu tugasnya sebagai polisi karena dilakukan saat bebas tugas atau saat libur. "Saya mulai kerja sore sampai malam," ujar ayah tiga anak itu.
Bersama sang istri, Nursin Warlela, Mustamin yang sudah melepas seragam kepolisian dan cuma memakai baju santai itu dengan sigap melayani para pengguna jalan yang sepeda motornya bermasalah. Seperti tambal ban yang dibanderol Rp 15 ribu, tambah angin Rp 1.000/ban, memperbaiki rantai motor hingga menikmati seduhan kopi atau minuman ringan lain dari sang istri di gerobak sederhana itu. Tak main-main, sudah 20 tahun Mustamin menekuni pekerjaan sebagai tukang tambal ban.
Kendati sering mendengar cibiran dari banyak orang, Mustamin tetap ikhlas jadi tukang tambal ban demi mendapat penghasilan tambahan untuk keluarga. Bukan hanya sekedar bekerja, rupanya Mustamin memang hobi jadi penambal ban.
"Banyak yang bilang, mengapa seorang polisi mau bekerja sebagai tukang tambal ban, apa tidak malu, saya bilang tidak apa-apa, toh ini halal," ujarnya.
Meski dua dari empat anaknya sudah menjadi polisi dan mereka meminta ayahnya untuk berhenti, pria yang bertugas di satuan Sabhara Polsek Ujung Pandang ini tetap ngotot menjalani profesi sebagai penambal ban di pinggir jalan.
"Anak-anak sempat minta saya berhenti jadi tukang tambal ban. Bukan karena malu melihat orangtuanya bekerja di pinggir jalan, tapi mengkhawatirkan saya yang sudah tua. Makanya saya diminta bekerja tidak sampai malam hari. Buktinya kalau ada di antara mereka yang sedang tidak tugas atau lagi ada di Makassar, mereka ikut bantu benerin ban. Saya kerja jadi tukang tambal ban kalau lepas tugas dan benar-benar tak ada tugas dari kantor atau perintah dari komandan. Waktu jadi tukang tambal ban sayapun nggak mau cerita atau ngaku-ngaku sebagai polisi," tutur Mustamin seperti dilansir dari Merdeka.
Menjalani hidup dengan ikhlas dan tidak mentang-mentang menjadi seorang polisi, adalah hal yang selalu diterapkan oleh Mustamin. Bukannya minta fasilitas negara, Tiap harinya Mustamin berangkat kerja bukan dengan mobil dinas, tapi dengan mobil Toyota Avanza bekas yang dia beli dari penghasilan membuka jasa tambal ban selama belasan tahun.
"Alhamdulillah, saya sudah benar-benar hobi jadi tukang tambal ban. Dari penghasilan ini saya bisa menyekolahkan semua anak saya dan membeli gerobak (mobil) ini. Saya selalu ingat pesan orangtua saya, yaitu kita harus senantiasa jujur, sabar dan menjalankan perintah Allah SWT. Ketiga hal ini saya jadikan pedoman yang juga diajarkan ke anak-anak. Jangan ambil hak orang lain karena disogok itu berarti ada hak orang lain yang kita ambil," pungkas Mustamin.
Loading...