Mengharukan: Dari Rasa Penyesalan Dan Berdosa, Pemuda Ini Meminta Maaf Dengan Cara Membersihkan Tulang Belulang Almarhumah Ibu Kandungnya

Loading...
Mata Tasbih - Alkisah bermula dari dataran tanah minang, Sumbar padang. Tinggal lah seorang ibu yang membesarkan seorang anak laki laki semata wayangnya hidup sebatangkara dan membesarkan buat hatinya sendirian. Karena sang suami telah meninggal dunia akibat sakit yang berkepanjangan. Ibu ini bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan penjual kripik pedas, kripik itu pun sering sekali dititipkan dikios kios dekat dari tempat mereka tinggal. Ibu ini gigih bekerja tanpa kenal lelah, karena ingin mencari nafkah dan kebutuhan hidup untuk membesarkan anak semata wayangnya. Almarhum suaminya pernah berpesan, bahwa sang ibu harus menjaga anak mereka baik baik, dan memberikan kehidupan yang layak baginya.

Sepeninggalan sang suami, anak mereka berusia 20 tahun. Tiada hari tanpa bekerja, bekerja dan bekerja. Ibu itu pun selalu mendatangi rumah ke rumah untuk menawarkan jasa pencucian baju, penggosokan baju dan menjadi pembantu rumah tangga. Disamping itu ia pun menggoreng kripik dirumahnya. Setiap harinya, ibu itu memberikan jajan kepada anak sematawayangnya, dan memberikan sejumlah uang untuk keperluan anaknya. Ibu itu pun selalu menuruti permintaan anaknya, sering sekali sang anak minta dibelikan barang barang yang cukup mewah hingga ibu itu pun harus berhutang ke tetangga dan saudara, hanya demi anaknya tidak merasa sedih.

Ternyata, semakin dituruti, anak itu pun terlihat seperti tidak tahu diri. Ia tidak menyesuaikan kehidupannya dengan penghasilan orang tuanya. Gaya hidupnya selalu boros, berlebihan dan itu terlihat jelas dalam tampilan hidupnya sehari hari. Sang ibu bukannya tidak pernah menasehatinya, sering sekali telah diingatkan agar sang anak hidup sederhana, apa adanya dan membantu orang tua bekerja. Namun pengaruh pergaulan sepertinya telah mengeraskan hati anak itu.

Ia sering meminta untuk dibelikan handphone, bahkan sepeda motor. Setiap minggunya ada saja yang kurang dari sepeda motornya, hingga ibunya harus mengeluarkan uang untuk membeli keperluan aksesoris sepeda motornya. Pernah satu ketika, sang anak kecelakaan, sepeda motornya hancur hingga ia pun harus dirawat di IGD. Dimana saat ia membutuhkan darah, maka darah ibu lah yang mencukupi kekurangan darahnya. Dan banyak sekali hal hal yang telah dilakukan oleh anak muda itu, hingga menggoreskan luka di hati sang ibu.

Suatu hari, anak muda itu pernah kedapatan mencuri kotak amal "kaleng masjid" disalah satu masjid yang tidak jauh dari rumah mereka. Warga pun mendapati anak muda itu sedang membongkar dan hendak mengambil uang sumbangan tersebut. Sontak seluruh warga marah, lalu memukuli dan menghakimi pemuda tersebut. Setelah babak belur dan berlumuran darah, pemuda itu pun dibawa ke polsek setempat untuk diadili. Ada seorang warga tetangga mereka yang mendengar kabar tersebut, lalu memberitahukan kepada ibunya dirumah yang tengah menggoreng kripik pedas seperti biasanya.

Mendengar anaknya akan ditahan dan diadili di polsek, ibu itu pun langsung bergegas menyusul anaknya dikantor polisi. Sesampainya ibu itu di kantor polisi, ibu itu pun menjerit histeris, karena mendapati anaknya dalam keadaan pingsang dan berlumuran darah. Ibu itu pun terus menangis dan berteriak teriak sambil mengatakan " Kenapa kalian pukuli anakku seperti ini, tidak ada satu rupiah pun uang kalian aku minta untuk membesarkan anakku" sambil menangis histeris ibu itu pun langsung diamankan.

Hasil peradilan memutuskan anak itu harus dipenjara karena terbukti mencuri, bahkan bukan kali itu saja ia mencuri kaleng masjid. Sudah sering kaleng masjid dicuri dan uangnya raib, naas kali ini pemuda itu tertangkap tangan oleh warga, hingga membuatnya kini mendekam di sel tahanan. Sang ibu pun tidak bisa berbuat banyak, dari semua keterbatasannya, ia pun merelakan anaknya ditahan.

Selama anaknya ditahan, sang ibu pun setiap hari membesuk dan mengunjungi anaknya dipenjara. Hingga satu ketika, sang ibu tidak lagi bisa menjenguknya disel. Singkat cerita ibu itu pun meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya tanpa pernah diobati. Ibu itu meninggal dunia, tanpa diketahui oleh anaknya. Setelah lama tidak dibesuk oleh ibunya, anak muda itu pun mulai bertanya kepada petugas lapas. Bahkan petugas lapas pun tidak tahu dan tidak memberikan keterangan dan jawaban tentang informasi ibunya.

Setelah lebih dari 3 bulan lamanya, akhirnnya ada salah seorang warga yang datang ke lapas, dan memberitahukan kepada pemuda itu bahwa ibunya telah meninggal dunia sekitar 3 bulan yang lalu dirumahnya. Mendengar ibunya telah meninggal, tiba tiba anak muda itu pun tunduk dan tak kuasa menahan tangis, hari harinya dipenjara terus menangis. Seolah ia telah menyesal karena tidak pernah hormat dan berkelakuan baik kepada ibu semasa ibunya hidup. Kenangan kenangan itu yang terus menghantuinya, rasa berdosa dan penyesalan itu yang terus membayanginya.

Kini rasanya telah terlambat untuk bisa membalas semua jasa ibunya, rasanya telah habis waktu untuk bisa menebus segala salah dan dosanya kepada ibunya. Hingga akhirnya ia meminta izin kepada pihak lapas untuk keluar sehari saja dengan alasan ingin melihat makam ibunya. Pihak lapas pun mengizinkan pemuda itu keluar lapas dan menjadi tahanan luar selama sehari.

Ternyata rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam itu pun telah membuat pemuda itu tidak kendalikan diri. Saat dimana ia menemui makam ibunya, ia pun tak kendalikan diri, hingga ia menggali kembali makam ibunya yang telah meninggal lebih dari 3 bulan itu. Dramatisnya, ia pun mengambil tulang belulang ibunya dari lahat itu, dan terus menangis menyesal. Tak banyak yang bisa dikatakannya, ia hanya terus menangis sambil mengumpulkan tulang belulang itu, lalu ia mengelapnya satu persatu mulai dari kepala hingga kaki ibunya.

Ia mengelap dan membersihkan tulang tulang itu cukup lama bahkan lebih dari 7 jam, hingga beberapa orang yang berziarah kemakam sekitar pemakaman itu menemukannya. Entah bagaimana rasa yang berkecamuk dalam hati dan pikiran pemuda itu, hingga akhirnya ia menggali makam ibunya dan membersihkan tulang belulang almarhumah ibunya.

Inilah sedikit kisah yang bisa mengguggah hati kita, betapa sosok ibu itu sangatlah berarti. Mungkin keberartiannya itu tak tampak saat kini ia masih bersama kita. Namun percayalah, hidup ini terasa sangat sulit dan tidak mudah jika harus dijalani tanpa kasih sayangnya "IBU". motivatorindonesia

Baca Juga: Jangan Anggap Iseng Tanda Ini Pada Pagar/Tembok Rumah Anda, Segera Hapus Dan Bersiagalah!


Loading...
close
Loading...