Yusuf mansur: Kebeli Rumah

Loading...

Oleh: Anwar Sani (@AnwarSani_MOZA)

Berikut kisah nyatanya seperti yang dikutip dari situs yusufmansur.com: Nama panggilannya Zul. Ia seorang pegawai swasta, yang tinggal di rumah kontrakan bersama keluarganya di daerah Solo, Jawa Tengah.

Sama seperti belasan juta penduduk Indonesia yang belum punya rumah sendiri, Zul juga pingin berhenti jadi ‘’kontraktor’’. Maksudnya, tidak lagi menjadi keluarga yang berpindah-pindah rumah kontrakan. He he he.

Tapi, Zul bukan type suami omdo. Untuk dapat memiliki rumah, ia berikhtiar mengumpulkan uang (menabung). Harapannya, kelak hasil tabungan mencukupi untuk membayar uang muka rumah kreditan. Selanjutnya, selama 10 atau 15 tahun ke depan, ia tinggal berusaha membayar cicilannya.

Syahdan, setelah sekian lama menabung, Zul dan istri punya uang sebanyak Rp 10 juta. Memang masih jauh dari harga sebuah rumah yang paling murah sekalipun, apalagi rumah yang ideal buat keluarga. Tapi setidaknya bisalah untuk membayar uang muka rumah type R yang S-nya paling panjang. Misalnya RSSSSSSS (Rumah Sangat Sederhana Sehingga Selonjor Saja Susah Sekali). He he he…. bercanda.

Dengan modal Rp 10 juta, Zul mulai berani tengok kanan-kiri di perumahan sederhana. Sampailah suatu ketika ia melihat sebuah rumah yang bermerek “DIJUAL”. Nah, ini, cocok nih, batin Zul.

Saat melihat target, istri Zul pun menaruh hati kepada rumah tersebut. Bagaimana tidak. Lokasinya strategis, bangunannya bagus, dan walau tidak terlalu besar tapi layak untuk keluarga muda seperti mereka.

Berapa harga jualnya?

Zul bersama istri lalu memberanikan diri untuk menemui pemilik rumah itu. Ya, memang modal mereka cuma Rp 10 juta. Tapi, pasangan ini punya modal immaterial yang lebih besar lagi, yaitu doa di setiap shalat hajat, tahajjud, dan dhuha.

‘’Assalamu’alaikum,’’ Zul beruluk salam kepada penghuni rumah.

‘’Wa’alaikum salaam…’’ terdengar jawaban dari dalam.

Setelah memperkenalkan diri, Zul berkata, ‘’Maaf, Ibu yang punya rumah ya?’’

‘’Iya Dik, ada yang bisa dibantu?’’

‘’Ini rumah dijual ya Bu?’’

‘’Iya dijual segera. Tuh ada tulisananya ‘Dijual’.’’

‘’Boleh tahu dijual berapa Bu?’’

‘’Mintanya Rp 400 juta Dik. Berminat ya?’’

‘’Insya Allah, Bu,’’ jawab Zul dengan nada ngambang, demi mendengar harga yang baginya selangit nian itu.

‘’Kalau mau beli cepetan aja, khawatir diduluin orang,’’ kata si Ibu dengan jurus provokasi khas pedagang.

‘’Baik Bu, nanti kami kabari lagi. Doakan saya ya Bu, kami permisi dulu,’’ kata Zul.

‘’Oya baik kalau begitu, segera kabari ya,’’ ujar empunya rumah.

Melenggang dari rumah yang dibidik, Zul dan istri saling berpandangan. Pasangan ini merasa nelangsa, mengingat betapa jauh modal Rp 10 juta untuk dapat membeli rumah idaman. Masya Allah, Rp 400 juta! Duit semua itu, nggak campur daun.

Namun, dengan dzikir, Zul kembali percaya diri. ‘’Rp 400 juta itu tidak ada apa-apanya dibanding kebesaran Allah SWT. Dan kalau Allah sudah berkehendak, Rp 10 juta pun bukan mustahil dapat menebus Rp 400 juta,’’ batin Zul, mengingat pelajaran sedekah dari Asaatidz Daarul Qur’an yang rajin diikutinya.

Dengan keyakinan itu, Zul mengajak istrinya untuk lebih getol mendekatkan diri kepada Allah SWT. Doa dan wirid khusus untuk dapat memiliki rumah itu pun dikencangkan.

Suatu hari, usai sholat dhuha, Zul dan istri sedang bercengkerama di kontrakannya. Ini hari libur, jadi pagi-pagi Zul bisa berada di rumah menemani sang istri.

Tiba-tiba muncul uwak Zul yang sudah lama tak bersua.

‘’Assalamu’alaikum, Zul, Zul, Zul,’’ seru si uwak saat datang.

‘’Wa’alaikum salam, silakan Pak Dhe, silakan,’’ Zul menyambut uwaknya yang datang dengan tergopoh-gopoh. ‘’Ada apa Pak Dhe, kok panik begini?’’

‘’Eh, Zul, kamu punya uang Rp 10 juta nggak? Penting nih!’’ kata uwak to the point.

‘’Emang kenapa Pak Dhe?’’

‘’Ya, saya sedang butuh Rp 10 juta sekarang. Kalau nggak, wah saya bakal masuk penjara,’’ ungkap Uwak Zul dengan wajah agak pias. (Bersambung)

Baca Selanjutnya (kebeli Rumah 2)

Loading...
close
Loading...