Loading...
MataTasbih.Net - Memberi nafkah biologis suatu keharusan bagi pasangan suami-istri. Sebab itu, keduanya harus mengetahui batasan dan ketentuan berhubungan badan menurut hukum Islam. Dalam ajaran Islam, besetubuh (jima’) pada saat istri haid tidak diperbolehkan, haram. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
ويسئلونك عن المحيض، قل هو أذى فاعتزلوا النساء في المحيض، ولا تقربوهن حتى يطهرن
Ayat ini digunakan oleh para ulama sebagai dalil keharaman bersetubuh pada saat istri datang bulan. Perlu ditegaskan, yang diharamkan di sini hanyalah bersetubuh, tetapi kedua pasangan tidak diharamkan bermesraan. Terkait persoalan ini, ‘Aisyah pernah ditanya:
هل يباشر الرجل امرأته وهي حائض؟ فقالت: لتشدد إزارها على أسفلها ثم يباشرها إن شاء
Hadits ini menjelaskan kebolehan bermesraan suami-istri selama tidak terjadi jima’. Istri diharapkan untuk tetap menjaga bagian bawahnya agar suaminya tidak keteledoran. Namun pertanyaannya, bagaimana bila suami menggunakan kondom? Syekh Nawawi Banten dalam Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadiinberpendapat:
والذي يحرم بالحدث الأكبر ثلاثة عشر شيئا هذه الثمانية على الوجه المتقدم فيها. والتاسع: الوطء ولو بحائل ولو بعد انقطاع الدم وقبل الغسل، وهو كبيرة من العامد العالم بالتحريم المختار
Menurut Syekh Nawawi, keharaman bersetubuh pada saat istri haid tidak dapat ditawar lagi, karena ini termasuk bagian dari dosa besar. Tetapi, ia mengecualikan bagi orang yang dikhawatirkan bila tidak bersetubuh, maka ia akan terjerumus pada perzinaan. Beliau menuliskan:
فإن خافه وتعين الوطء في الحيض طريقا لدفعه جاز لأنه إذا تعارض على الشخص مفسدتان قدم أخفهما ولو تعارض عليه الوطء في الخيض والاستمناء بيده فالذي يظهر أنه يقدم الاستمناء فإن الوطء في الحيض متفق على أنه كبيرة بخلاف الاستمناء فإن بعض المذاهب يقول بجوازه عند هيجان الشهوة وهو عند الشافعي صغيرة
Perlu digarisbawahi, kendati Syekh Nawawi membolehkan bersetubuh pada saat istri haid, tetapi ia memberi persyaratan yang sangat ketat, yaitu harus dalam kondisi benar-benar dharurat: tidak ada alternatif lain kecuali bersenggama untuk menghindar dari zina. Selama alternatif lain tersebut masih ada, maka sepantasnya tidak melakukan persetubuhan, karena termasuk dosa. Wallahu a’lam. (nu online)
Loading...