Loading...
Ratusan orang memadati Ruang Pemulasaraan RSUD Tangerang Selatan pada Minggu (11/2). Isak air mata mewarnai hari. Aroma amis darah menyesaki hidung dan paru-paru. Suasana penuh duka yang tak lagi sanggup digambarkan terlihat memayungi cakrawala.
Seperti yang diketahui, warga Ciputat Tangerang Selatan menumpangi bus nahas yang terguling di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat pada Sabtu (10/2) sore. Sebanyak 27 jiwa melayang dalam insiden tersebut seperti dilansir dari laman Tribunnews.com.
Yulianti (45), salah satu dari penandi jenazah mengungkapkan fakta mengerikan terkait kondisi para korban kecelakaan maut yang dibawa ke Ruang Pemulasaraan RSUD Tangerang Selatan tersebut. Ia mengaku mendapat panggilan dari rumah sakit untuk membantu memandikan jenazah.
“Saya tadi pagi dipanggil oleh pihak rumah sakit untuk memandikan jenazah, karena kekurangan amil,” tutur Yulianti usai menunaikan kewajibannya sebagai amil, yakni memandikan jenazah di RSUD Tangerang Selatan, Minggu (11/2), dikutip dari Tribunnews.com, Senin (12/2/2018).
Ia sebenarnya merupakan pemandi jenazah di Pondok Ranji, Tangerang Selatan ini pun bergegas datang ke RSUD Tangerang Selatan untuk membantu. “Saya langsung berangkat aja, kan sudah tahu juga kabar kecelakaan ini. Sebagai bentuk sosial juga, soalnya memang kekurangan amil perempuan,” tambahnya.
Mengingat korban meninggal dunia dalam insiden tersebut mayoritas wanita, dan hanya seorang korban pria. “Ada 26 jenazah wanita, dan saya bantu memandikan. Satu orang kebagian memandikan empat sampai lima jenazah,” kisah wanita berusia 45 tahun tersebut.
Mendapatkan pengalaman pertama memandikan mayat dalam jumlah banyak akibat tragedi kecelakaan maut, Yulianti mengatakan, “Kondisi jenazah yang dimandikan sudah tidak normal keadaannya. Banyak tulang yang patah sehingga tidak seperti semula. Mulai dari tangan dan kaki yang kelihatannya sudah membengkok.”
Kejahatan di Pemakaman Korban
Namun mirisnya, di tengah-tengah suasana penuh air mata, masih saja ada orang tak bertanggung jawab yang melakukan kejahatan. Terbukti Joko (40), warga Serpong Utara yang mengaku datang untuk melihat proses pemakaman korban Tanjakan Emen, harus merelakan motornya.
“Tadi karena penuh banget, saya parkir di pinggir jalan situ, tapi sekarang enggak ada,” keluh pria berusia 40 tahun yang kebingungan ketika ingin pulang dan mendapati motornya tak lagi ada di tempat ia memarkirkannya sebelumnya.
Yakin sudah mengunci stang sebelum meninggalkannya, Joko mengaku motor Honda Beat warna merah putih tersebut adalah milik sang adik. Meski sudah berusaha bertanya ke warga sekitar, ia tak juga menemukan motornya. Bersama rekannya, Joko pun berniat melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Ciputat.
Loading...